Senin, 04 Oktober 2010

Kisah Saudah Binti Zam'ah Ra

Beliau adalah Saudah binti Zam'ah bin Qais bin Abdi Syams bin Abud Al-Quraisyiyah Al-Amiriyyah.

Ibunya bernama Asy-Syamus binti Qais bin Zaid bin Amru dari bani Najjar. Beliau juga seorang Sayyidah yang mulia dan terhormat. Sebelumnya pernah menikah dengan As-Sakar bin Amru saudara dari Suhair bin Amru Al-Amiri. Suatu ketika beliau bersama delapan orang dari bani Amir hijrah meninggalkan kampung halaman dan hartanya, kemudian menyebrangi dasyatnya lautan karena ridha menghadapi maut dalalm rangka memenangkan diennya. Semakin bertambah siksaan dan intimidasi yang mereka karena mereka menolak kesesatan dan kesyirikan. Hampir-hampir tiada hentinya ujian menimpa Saudah belum usai ujian tinggal dinegeri asing (Habsyah) beliau harus kehilangan suami beliau sang muhajirin. Maka beliaupun menghadapi ujian menjadi seorang janda disamping juga ujian dinegeri asing.

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam menaruh perhatian yang istimewa terhadap wanita muhajirah yang beriman dan telah menjanda tersebut. Oleh karena itu tiada henti-hentinya Khaulah binti Hakim as-Salimah menawarkan Saudah untuk beliau hingga pada gilirannya beliau mengulurkan tangannya yang penuh rahmat untuk Saudah dan beliau mendampinginya dan membantunya menghadapi kerasnya kehidupan.

Apalagi umurnya telah mendekati usia senja sehingga membutuhkan seseorang yang dapat menjaga dan mendampinginya.

Telah tercatat dalam sejarah tak seorangpun sahabat yang berani mengajukan masukan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam tentang pernikahan beliau setelah wafatnya Ummul Mukminin ath-Thahirah yang telah mengimani beliau disaat menusia mengkufurinya dan menyerahkan seluruh hartanya disaat orang lain menahan berntuan terhadapnya dan bersamanya pula Allah mengkaruniakan kepada Rasul putra-putri.

Akan tetapi hampir-hampir kesusahan menjadi berkepanjangan hingga Khaulah binti Hakim memberanikan diri mengusulkan kepada Rasulullah dengan cara yang lembut dan ramah:
Khaulah: Tidakkah anda ingin menikah ya Rasulullah?Nabi :(Beliau menjawab dengan suara yang menandakan kesedihan) dengan siapa saya akan menikahSetelah dengan Khadijah?Khaulah :jika anda ingin bisa dengan seorang gadis dan bisa pula dengan seorang janda.Nabi : jika dengan seorang gadis,siapakah gadis tersebut?Khaulah :Putri dari orang yang anda cintai yakni Aisyah binti Abu Bakar.Nabi :(Setelah beliau Shallallaahu 'alaihi wa sallam diam untuk beberapa saat kemudian bertanya)jika dengan seorang janda?Khaulah :Dia adalah Saudah binti Zam'ah, seorang wanita yang telah beriman kepada anda dan mengikuti yang anda bawa .

Beliau menginginkan Aisyah akan tetapi terlebih dahulu beliau nikahi Saudah binti Zam'ah yang mana dia menjadi satu-satunya isteri (beliau (setelah wafatnya Khadijah) selama tiga tahun atau lebih baru kemudian masuklah Aisyah dalam rumah tangga Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam. Orang-orang di Makkah merasa heran terhadap pernikahan Nabi dengan Saudah binti Zam'ah. Mereka bertanya-tanya seolah-olah tidak percaya dengan kejadian tersebut, seorang janda yang telah lanjut usia dan tidak begitu cantik menggantikan posisi Sayyidah wanita Quraisy dan hal itu menarik perhatian bagi para pembesar-pembesar diantara mereka.

Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa sesungguhnya Saudah atau yang lain tidak dapat menggantikan posisi Khadijah, akan tetapi hal itu adalah, kasih sayang dan penghibur hati adalah menjadi rahmat bagi beliau Shallallaahu 'alaihi wa sallam yang penuh kasih.
Adapun Saudah radhiallaahu 'anha mampu untuk menunaikan kewajiban dalam rumah tangga Nubuwwah dan melayani putri-putri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam dan mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan di hati Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam dengan ringannya ruhnya dan sifat periangnya dan ketidaksukaannya terhadap beratnya badan.

Setelah tiga tahun rumah tangga tersebut berjalan maka masuklah Aisyah dalam rumah tangga Nubuwwah, disusul kemudian istri-istri yang lain seperti Hafsah, Zainab, Ummu Salamah dan lain-lain. Saudah radhiallaahu 'anha menyadari bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak mengawininya dirinya melainkan karena kasihan melihat kondisinya setelah kepergian suaminya yang lama. Dan bagi beliau hal itu telah jelas dan nyata tatkala Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam ingin menceraikan beliau dengan cara yang baik untuk memberi kebebasan kepadanya, namun Nabi nerasa bahwa hal itu akan menyakiti hatinya.Tatkala Nabi mengutarakan keinginannya untuk menceraikan beliau, maka beliau merasa seolah-olah itu adalah mimpi buruk yang menyesakkan dadanya, maka beliau merengek dengan merendahkan diri berkata: "pertahankanlah aku ya Rasulullah !demi Allah tiadalah keinginanku diperistri itu karena ketamakan saya akan tetapi hanya berharap agar Allah membangkitkan aku pada hari kiamat dalam keadaan menjadi Istrimu.

Begitulah Saudah radhiallaahu 'anha lebih mendahulukan keridhaan suaminya yang mulia, maka beliau berikan giliran beliau kepada Aisyah untuk menjaga hati Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam dan beliau radhiallaahu 'anha sudah tidak memiliki keinginan sebagaimana layaknya wanita lain.

Maka Rasulullah menerima usulan istrinya yang memiliki perasaan yang halus tersebut, maka turunlah ayat Allah:
"Maka tidak mengapa bagi keduannya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)."(An-Nisa':128).

Saudah radhiallaahu 'anha tinggal dirumah tangga nubuwwah dengan penuh keridhaan dan ketenangan dan bersyukur kepada Allah yang telah menempatkan posisinya disamping sabaik-baik makhluk di dunia dan dia bersyukur kepada Allah karena mendapat gelar ummul mukminin dan menjadi istri Rasul di jannah. Akhirnya wafatlah Saudah radhiallaahu 'anha pada akhir pemerintahan Umar bin Khattab radhiallaahu 'anha.

Ummul mukminin Aisyah radhiallaahu 'anha senantiasa mengenang dan mengingat perilaku beliau dan terkesan akan keindahan kesetiaannya. Aisyah berkata: "Tiada seorang wanitapun yang paling aku sukai agar aku memiliki sifat seperti dia melebihi Saudah binti Zam'ah tatkala berusia senja yang mana dia berkata: "Ya Rasulullah aku hadiahkan kunjungan anda kepadaku untuk Aisyah hanya saja beliau berwatak keras".
(assofwah)

Jika Anda suka artikel ini, BLOG-C akan kirim langsung ke alamat email Anda.
Silahkan masukkan alamat email Anda, kemudian klik "Subcribe" :



Lihat juga artikel BLOG - C dibawah ini :
  1. Kisah Nabi ISA AS 
  2. Kisah Aisyah Binti Abu Bakar Rha 
  3. Kisah Maimunah Binti Al-Harits Rha 
  4. Kisah Juwairiyah Binti Al-Harits Rha 
  5. Kisah Zainab Binti Jahsy Rha 
  6. Kisah Siti Khadijah Khuwailid Rha 
  7. Kisah Saudah Binti Zamah Rha 
  8. Kisah Hafsoh Binti Umar Rha 
  9. Kisah Shafiyyah Binti Huyai Rha 
  10. Kisah Ummu Salamah Rha 
  11. Kisah Ummu Habibah Rha 
  12. Kisah Abdullah Bin jafar 
  13. Kisah Hasan Ra, Husein Ra, dan Abdullah Bin Jafar Ra 
  14. Kisah Syeikh Malik Bin Dinnar Rah 
  15. Kisah Imam Ahmad Bin Hambal Rah 
  16. Kisah Imam Abu Hanifah Rah 
  17. Kisah Imam Malik Rah 
  18. Kisah Imam Muslim Rah 
  19. Kisah Imam Al-Bukhari Rah 
  20. Kisah Imam Syafi'i Rah 
  21. Kisah Syeikh Maulana Ilyas 
  22. Kisah Syeikh Muhammad Zakaria 
  23. Jalan tobat sang rocker 
  24. Kapolda Berdakwah Polisi dapat hidayah 
  25. Kisah Cat Steven AKA 
  26. Kisah HENGKI TORNANDO 
  27. Anton Medan, Mantan Rampok & Bandar Judi yang Jadi Da'i 
  28. Kisah Pentolan Grup Metal "Irvan Rotor" 
  29. Sakti eks Gitaris So7 ganti nama Islami dan kembali bermusik 
  30. Perjalanan Religi Sakti So7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...